KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH MINAT BACA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA I SMAN 10
KOTA BENGKULU
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
1. TRI PUTRA KURNIAWAN
XI IPA I
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGRI 10 KOTA BENGKULU 2009/2010
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q. s. Alam nasyrah, 94 : 6)
Betapa nikmatnya kesuksesan setelah melewati kesulitan. Kesuksesan akan membawa kebahagiaan. Kebahagian ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Karena itu, berusahalah….!!!
Hidup itu indah penuh warna-warni. Suka dan duka silih berganti, berputar bagaikan roda berjalan. Karena itu, pandanglah kehidupan dengan pandangan cinta, optimis dan senyuman sebab kehidupan adalah hadiah terindah dari Tuhan
Menangislah bila harus menangis, karena Kita semua Manusia…… Manusia bisa terluka, manusia pasti menangis dan manusia pun bisa mengambil hikmah.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis ucapkan pada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “ Pengaruh Minat Baca terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA I SMAN 10 Kota Bengkulu”. Adapun maksud disusunnya karya tulis ilmiah ini adalah guna memenuhi syarat sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester genap kelas XI IPA I.
Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, karya tulis ilmiah ini tidak akan dapat diselesaikan, sehingga dengan kerendahan hati Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Desi Apriyani, S. Pd Selaku Guru Bahasa Indonesia yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan.
2. Keluarga kami yang senantiasa menyayangi kami dan membantu kami baik secara moral dan materi sehingga terselesainya karya tulis ilmiah ini.
3. Kepada nara sumber.
4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan yang mungkin memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
Bengkulu, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN MOTTO ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Batasan Masalah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian minat baca 4
2.1.1 Pengertian Minat 4
2.1.2 Pengertian membaca 5
2.1.3 Definisi minat baca 6
2.1.4 Upaya meningkatkan minat baca…………………………… 6
2.1.5 Teknik-teknik membaca …………………………………… 8 2.1.6 Tujuan meningkatkan minat baca 15
2.1.7 Manfaat meningkatkan minat baca 16
2.2 Pengertian prestasi 16
2.2.1 Pengertian belajar 17
2.2.2 Pengertian prestasi belajar 20
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 29
3.2 Metode Penetapan Responden 29
3.3 Sumber Data 29
3.4 Metode Pengumpulan Data 30
3.5.1 Skala yang digunakan 30
3.7 Metode Analisis 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Karakteristik Responden 34
4.3 Hasil Penelitian 37
4.3.1 Pernyataan Mengenai Variabel Sikap Minat baca 38
4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda 44
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 51
5.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membaca sudah menjadi kebutuhan pokok saat ini, karena dengan membaca kita akan mengetahui segala informasi yang kita butuhkan. Upaya meningkatkan minat baca pada anak-anak yang utama dan terutama justru menjadi tanggung jawab orang tua. Alasan utamanya, orang tua adalah yang berhak menanamkan dan mengembangkan berbagai macam cita-cita kepada anak-anaknya. Untuk mencapai cita-cita itu, orang tua berkewajiban untuk menciptakan suasana yang mendukung. Disamping itu guru mempunyai peran sangat penting pula.
Membaca dan mencintai buku perlu ditumbuhkan sejak dini bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Setelah lahir anak sudah dapat ditumbuhkan kecintaannya kepada buku. Sejak umur 3 bulan setelah anak sudah dapat melihat, anak dapat dirangsang untuk mencintai buku dan membaca melalui dibacakan cerita, memberi mainan buku, melihat alam sekitar serta gambar-gambar yang menarik dll. Setelah umur 6 bulan, saat anak sudah mulai duduk, anak dapat dirangsang untuk memegang buku, tentunya buku yang sesuai dengan tahapan umurnya.
Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan anak, maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Secanggih atau sebaik apapun suatu metode membaca tidak akan berhasil jika gurunya tidak mampu melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan tersebut Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Minat Baca terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA I SMAN 10 Kota Bengkulu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi para siswa agar dapat menjadi masukan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dan bahan pertimbangan.
3. Bagi penulis sendiri akan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan penelitian ini hanya difokuskan pada :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu yang berjumlah 20 orang.
2. Variabel yang diteliti adalah pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 kota Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN MINAT BACA
2.1.1 Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 1994: 310).
Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. (2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke dua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif. (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah (Stiggins, 1994: 312).
Aiken (1994: 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya (Anastasi dan Urbina, 1982: 386). Selanjutnya, minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan kecenderungan lain yang mengarahkan seeorang kepada suatu pilihan tertentu (Mapiarre dalam Prianto, 2001: 40).
Sama dengan perangkat mental lainnya, minat dapat dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan (Semiawan, 1986: 120). Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement).
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku.
Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan di atas minat sebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal ini mengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapi juga aspek kognitif (Hurlock, 1992: 116). Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.
Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakan untuk mengukur aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dan kertas yang menjaring melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai, (3) pengukuran performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid (Stiggins, 1994: 314).
Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai baginya.
2.1.2 Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis (Smith, 1988: 14). Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahuja, 1999: 13).
Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol. Oleh karena itu, mata memainkan peranan penting (Wassman & Rinsky, 1993: 5).
Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi symbol simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut (Ahuja, 1999: 12).
Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan.
2.1.3 Definisi Minat Baca
Berdasarkan uraian di atas, minat baca anak didefinisikan sebagai tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca yang dipilihnya karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.
2.1.4 Upaya Meningkatkan Minat Baca pada Anak
Minat baca perlu ditanamkan sejak dini, menurut Penelitian para ahli pendidikan, pembentukan potensi belajar tiap orang terjadi dengan perkembangan sebagai berikut:
50% pada usia 0 - 4 Tahun
30% pada usia 4 - 8 Tahun
20% pada usia 8 - 18 Tahun
Usia balita adalah masa pembentukan. Tanamkan kebiasaan membaca selagi otak anak mengalami masa perkembangan paling pesat.
Berdasaka uraia diatas, maka upaya meningkatkan minat baca anak sejak dini haruslah menempuh lankah-langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut:
Cara Menanamkan Minat Baca
Menurut penelitian para ahli pendidikan, satu satunya cara yang terbukti paling efektif untuk menanamkan kegemaran membaca adalah dengan membacakan buku kepada anak.
Untuk mempersiapkan anak berusia 3 atau 4 tahun (usia prasekolah) menjadi seorang pembaca yang andal adalah dengan membacakan cerita setiap saat. Hal ini akan menghindarinya mendapat kesulitan belajar di sekolah. Jika berniat mengajarkan membaca, ajarkan abjad terlebih dahulu. Setelah pelajaran abjad berlangsung lancar, bisa melanjutkan ke bunyi, terutama bunyi awal dari abjad-abjad yang sering digunakan. Pelajaran yang demikian bisa dilakukan dengan permainan. Pengenalan abjad dapat dimulai ketika anak berusia tiga tahun dan pengenalan bunyi dimulai usia sekitar tiga setengah tahun. Namun, hal ini banyak tergantung pada si anak. Ada anak yang lebih cepat, dan ada yang lebih lambat. Akan tetapi, jika Anda membuatnya menjadi ringan dan menyenangkan, tentu tidak akan menyulitkannya.
Tips-tips untuk meningkatkan minat baca antara lain;
• Mulailah membacakan buku kepada anak sejak bayi. Tidak ada istilah "Terlalu dini" untuk membacakan buku atau memberikan buku kepada anak supaya dilihat lihat sendiri.
• Bacakan buku menjelang tidur siang atau malam. Anak akan merasakan bahwa membaca buku merupakan acara harian yang melegakan. Dengan dibacakan tiap kali selama lima menit, anak akan merasa nyaman sepanjang hari.
• Pilihlah tempat yang nyaman - Sofa atau tempat tidur - maka anak akan menganggap itu sebagai tempat untuk membaca.
• Pilihlah buku mengenai hal hal yang menarik bagi anak, misalnya tentang binatang atau kendaraan.
• Bawakan buku kemana pun anak pergi - di mobil, ditempat praktik dokter, ditempat rekreasi. Membaca dapat menjadi hiburan bagi anak kalau ia sedang stress, dan untuk mengisi waktu selama di perjalanan atau pada saat menunggu.
• Sediakan tempat khusus untuk buku - buku anak, di tempat yang mudah dijangkau oleh anak.
• Berilah contoh yang baik. Tunjukkan kepada anak bahwa Anda juga membaca buku sebagai hiburan. apa yang dipelajarinya ia akan melewati bagian yang sulit atau mengembalikannya
• Tunjukkan bahwa anda menghargai membaca tidak sekedar lewat kata-kata.
• Biarkan anak memilih sendiri apa yang ingin dibaca. Jika anak tidak mengerti buku yang di pinjamnyaia akan melewati bagian yang sulit-sulit atau mengembalikannya.
Minat baca dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, sehingga menjadi
kebiasaan melalui penguasaan teknik membaca yang tepat. Teknik membaca yang tepat dapat membuat membaca lebih efisien, efektif, serta menarik.
2.1.5 Teknik- Teknik Membaca
Berikut ini akan dibahas enam teknik membaca lanjutan yang perlu diketahui, yang berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membaca.
a) Membaca Teknik (Membaca Bersuara)
Membaca teknis bertujuan untuk menambah kelancaran anak menguba lambang-lambang tertulis menjadi suara atau ucapan yang mengandung makna.Membaca teknis menekankan pada segi “menyuarakan yang dibaca “. Pada tahap ini guru harus hati-hati dan mengawasi bagaimana menyuarakan lambang tertulis itu.
Contoh membaca teknis ialah orang membacakan berita di televisi atau radio, membacakan puisi atau membacakan dongeng. Semua itu membutuhkan teknik membaca.
Dalam membaca teknis yang perlu diperhatikan adalah pelafalan vocal maupun konsonan, nada/lagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan kata/frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi.
b) Membaca Dalam Hati.
Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini perlu lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Membaca dalam hati berbeda dengan membaca teknis.
Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat gerakan mata lebih cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca dalam hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan membaca dalam hati dalam kegiatan membaca / wacana apapun. Jangan biarkan anak membaca menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat – kamit, karena kegiatan ini akan menghambat kecepatan siswa dalam membaca.
Membaca dalam hati dapat diperkenalkan sejak anak berada di kelas II sekolah dasar, tapi secara intensif diberikan pada anak kelas III dengan tujuan membaca dalam hati ialah melatih kemampuan anak dalam memahami isi wacana /bacaan. Membaca dalam hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu pengetahuan / informasi. Setelah anak membaca diberi tugas untuk menjawab pertanyaan, bacaan ditutup. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Guru hendaknya tidak hanya memberi pertanyaan ingatan, atau sebaliknya hanya memberi pertanyaan pikiran saja. Pertanyaan ingatan menanyakan tentang isi bacaan, sedangkan pertanyaan pikiran untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami / menanggapi seluruh isi bacaan. Pada saat awal anak dikenalkan dengan membaca dalam hati, pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ingatan. Makin meningkat kelasnya, pertanyaan pikiran harus mendapat perhatian pembimbing, sebab dengan cara ini akan lebih mendorong anak untuk giat membaca.
Merupakan cacat membaca dalam hati bila :
• Membaca dengan brisik / bergumam
• Bibir bergerak-gerak (komat-kamit)
• Kepala bergerak ke kiri dan kanan mengikuti baris-baris bacaan, atau
• Menunjuk dengan jari, pensil, dan lain-lain.
c). Membaca Cepat
Membaca intensif, membaca sekilas, dan membaca ekstensif. Semuanya itu dapat masuk ke dalam jenis membaca cepat. Tujuan yang hendak dicapai melalui membaca cepat ialah melatih kecepatan gerakan mata anak pada saat membaca. Membaca cepat perlu diajarkan kepada anak, karena pada saatnya kelak anak harus dapat membaca suatu pengumuman, pemberitahuan, berita, dan tulisan-tulisan lain dalam waktu yang cepat. Dalam kehidupan sehari-hari membaca cepat sangat dibutuhkan karena pada abad informasi ini kita dihadapkan pada berbagai sumber informasi yang sangat banyak jumlahnya dan tentunya kita tidak ingin tertinggal informasi. Pada tahap permulaan mengenalkan membaca cepat kepada siswa kelas III dan IV sekolah dasar, bahan bacaan hendaknya yang pernah dibaca anak supaya tidak terhambat oleh istilah yang belum dikenal. Pada kelas ini anak sudah mampu membaca dengan baik dan lancar. Sedangkan pada kelas V dan VI dapat dilakukan 3 (tiga) kali dalam sebulan karena mustahil seseorang dapat membaca cepat tanpa latihan yang intensif dan berkesinambungan. Kalau seorang anak dapat membaca cepat namun tidak memahami isi bacaan tersebut, maka tujuan membaca cepat tidak tercapai.
Catatan :
Untuk mengetahui kecepatan rata-rata membaca anak hitunglah dengan rumus: Untuk menghitung kecepatan efektif :
Jumlah kata yang dibaca x 60 = kata / menit
Waktu tempuh baca Untuk menghitung kecepatan efektif :
Jumlah kata yang di baca x % pemahaman isi bacaan = kata/menit
Waktu tempuh baca
Contoh :
Siswa yang berhasil membaca ± 600 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya kecepatan efektif anak tersebut = 300 kata x 60% = 180 kata per menit.
d) Membaca Bahasa.
Tujuan yang hendak dicapai dengan membaca bahasa ialah untuk menambah keterampilan siswa dalam menggunakan makna bahasa, makna kalimat/kata yang digunakan dalam konteks kalimat tertentu, penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbeda-beda, ketepatan penggunaan imbuhan, tanda baca, dan susunan kata/kalimat. Membaca bahasa sudah dapat diajarkan kepada anak kelas III sekolah dasar, sebab pada tahap ini anak sudah mulai lancar membaca. Mula-mula bahan yang dibaca adalah bacaan yang pernah diajarkan kepada anak, kelas IV, V, dan VI guru perlu mencari bacaan lain yang belum pernah diajarkan. Dalam kegiatan membaca bahasa, guru perlu menanyakan :
arti kata yang digunakan dalam pelajaran dan penggunaan kata tersebut dalam kalimat lain;
• Tepat atau tidaknya pemakaian kata dalam situasi yang digambarkan dalam suatu pelajaran;
• Penggunaan awalan, akhiran, dan sisipan;
• Penggunaan tanda baca seperti koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, dan sebagainya.
• Penyusunan kata/kalimat baru yang lain.
e) Membaca Indah (Estetis)
Pokok masalah dalam membaca indah ialah cara membaca yang menggambarkan penghayatan keindahan dan keharuan yang terdapat pada bacaan.
Dengan membaca indah anak digugah rasa estetiknya, untuk terus diasah. Membaca indah dikaitkan dengan apresiasi sastra. Di Sekolah Dasar biasanya membaca indah bersuara, misalnya membaca puisi.
Langakah-langkah pelaksanaanya;
• Memberikan contoh membaca yang baik, siswa ditugaskan menandai bacaan/ wacana yang perlu dibaca dengan suara lemah, kuat, atau cepatdan lambat.
• Anak diberi kesempatan untuk membaca bacaan tersebut denganekspresi yang tepat.
f) Membaca Bebas (Perpustakaan)
Tujuan membaca bebas ini ialah untuk menumbuhkan kegemaran membaca dan menambah pengetahuan. Di samping itu membaca juga merupakan rekreasi. Latihan membaca bebas pada hakekatnya bertujuan untuk menanamkan kebiasaan membaca. Dengan membaca bebas ini anak dimotivasi untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca.
Guru/pustakawan dapat mengontrol membaca bebas ini dengan menugaskan siswa menuliskan laporan dari buku yang telah dibaca, misalnya dengan menuliskan ringkasan isi atau pesan dari buku tersebut, kesimpulan dari bacaan tersebut, dsb.
Langkah-langkah pelaksanaan membaca bebas (Perpustakaan) ialah
sebagai berikut :
• Apabila di dalam kelas para siswa telah menyelesaikan tugas mata
• pelajaran tertentu, sedangkan waktu masih ada, hendaknya siswa
• dianjurkan untuk memanfaatkan perpustakaan kelas/sekolah.
• Siswa disuruh memilih buku yang disukai agar mereka gemar membaca.
• Guru hendaknya ikut membaca bacaan yang dibaca siswa meskipun
hanya garis besarnya saja. Hal ini perlu karena guru dapat mengetahui Isi bacaan tersebut. Jika ada buku yang tidak pantas dibaca para siswa maka buku tersebut dikeluarkan dari perpustakaan kelas/sekolah.
• Guru hendaknya selalu menanyakan isi buku yang dibaca siswa.
Misalnya tentang tokoh cerita, alur cerita, atau hal-hal yang menarik bagi siswa. Dengan demikian guru dapat mengendalikan apa yang dibaca siswa dan pemanfaatan waktu luang tetap terjamin.
• Siswa disuruh menceritakan kembali isi buku yang dibaca, baik di depan kelas untuk menumbuhkan keberanian berbicara, atau membuat rangkuman secara teratur untuk memupuk kemampuan menulis.
2.1.5 Teknik- Teknik Membaca
Berikut ini akan dibahas enam teknik membaca lanjutan yang perlu diketahui, yang berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membaca.
mengajar.Lingkup kegiatan ini amat luas karena itu pada kesempatan ini perhatian dipusatkan pada penilaian terhadap kemajuan anak dalam PBM, terutama penilaian pelajaran membaca. Sebagai pelaksana kegiatan pelajaran membaca di kelas III sampai kelas VI Sekolah Dasar penilaian tentu sangat berkaitan dengan tiap-tiap jeni teknik membaca.
a).Membaca teknis (Membaca Bersuara)
Dalam membaca teknis yang dinilai ialah :
• Ketepatan ucapan atau lafal.
• Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat.
• Kewajaran nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
• Kelancaran siswa dalam membaca.
b) Membaca dalam hati (Membaca sekilas, memindai, intensif,
ekstensif)
Hal-hal yang dinilai ialah :
• Kemampuan siswa menangkap isi wacana, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
• Kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri/ kata-kata sendiri.
• Kemampuan menemuan pikiran pokok setiap paragraf.
• Kemampuan menemukan ide atau pengertian pokok wacana.
• Kemampuan menjawab pertanyaan dengan lengkap.
• Kemampuan mengatasi kebiasaan tidak efisien atau cacat dalam
o membaca.
c) Membaca bahasa
Hal-hal yang dinilai berkaitan dengan unsur-unsur kebebasan yang diperlukan dalam membaca.
• Ketepatan pemakaian kata (kosakata), struktur kalimat, dan penyusunan paragraf.
• Pemakaian ejaan yang benar.
• Pemakaian tanda baca yang tepat
d) Membaca indah (Apresiasi Sastra)
Hal-hal yang dinilai meliputi :
• Pemahaman terhadap wacana.
• Ketepatan ucapan atau lafal, nada, irama, lagu kalimat.
• Kuat dan lemah, keras atau lambat suara (termasuk volume).
• Penghayatan dan penjiwaan terhadap wacana yang dibaca.
• Penampilan atau ekspresi pada waktu membaca.
e) Membaca bebas (Membaca Perpustakaan)
Penilaian terhadap membaca bebas hendaknya bersifat mendorong pribadi siswa/kelas dalam menumbuhkan kegemaran membaca. Guru memberika tugas-tugas yang dapat memberikan gambaran keaktifan, ketelitian, dan kerajinan siswa. Yang dinilai antara lain hasil laporan bacaan, rangkuman isi wacana,hasil diskusi kelompok mengenai buku atau wacana yang dibaca, dan sebagainya.
Dalam setiap jenis membaca, guru hendaknya telah mempunyai skala penilaian berdasarkan materi yang akan dinilai. Hal ini untuk memperkecil perasaan guru ikut dalam menilai, misalnya rasa suka / tidak suka sehingga menimbulkan kesan pilih kasih. Sebagai contoh saja, skala penilaian dalam menilai membaca teknis :
• Ketepatan ucapan atau lafal. = 3
• Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat = 3
• Kewajaran nada irama, lagu, dan intonasi kalimat
sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari = 4
Jumlah = 10
Jadi, kalau siswa A dapat membaca teknis dengan baik dan mulus sesuai kriteria penilaian maka ia akan mendapat maksimal 10, dst.Perlu diperhatikan bahwa guru harus melihat tujuan dari tiap jenis membaca lalu membuat skala penilaiannya.
2.1.6 Tujuan dari Meningkatkan Minat Baca
Tujuan dari meningkatkan minat baca antara lain adalah;
• mendorong minat dan kebiasaan membaca agar tercipta masyarakat yang berbudaya membaca;
• meningkatkan layanan perpustakaan;
• menciptakan masyarakat informasi yang siap berperan serta dalam
• semua aspek pembangunan;
• memiliki pengetahuan yang terkini, bukan yang sudah “basi”
• meningkatkan kemampuan berpikir; dan
• mengisi waktu luang.
2.1.7 Manfaat Meningkatkan Minat Baca
• Dengan membaca anak membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan / informasi, memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan, mengalami pencerahan, dan menjadi kreatif.
• meningkatkan kualitas kehidupan pribadi.
• Membaca buku adalah sarana utama untuk mengakses sumber informasi dan pengetahuan.
• menyebabkan anak mandiri dalam mencari pengetahuan : tidak tergantung pada sekolah, les, training, seminar, dsb.
• Memperluas wawasan dan pandangan anak.
• Sbagai hiburan.
• Dalam abad elektronik, membaca semakin penting sebab informasi tertulis membanjir lewat buku maupun media elektronik.
• Dengan membaca ibarat dapat membuka "jendela dunia".
2.2 Pengertian Prestasi
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”
“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
2.2.1 Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
2.2.2 Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menguraikan sifat dan karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Berdasarkan pendapat Umar (2002), bahwa “Rancangan riset yang baik merupakan perpaduan dari analisa deskriptif dan analisa kuantitatif yang saling melengkapi”. Metode yang digunakan adalah metode survey, dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk pengumpulan data pokok.
3.2 Metode Penetapan Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa Laki-laki dan 10 orang siswa Perempuan. Yang diperoleh dengan cara random.
3.3 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkannya (Dajan, 1995). Sedangkan menurut Umar (1997:43) bahwa data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik dari individu/perorangan seperti hasil pengisian kuisioner. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner yang disebarkan pada siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner. Teknik kuisioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan/menyebarkan daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon terhadap daftar pertanyaan tersebut (Umar, 1997).
3.4.1 Skala yang digunakan
Untuk mengambil data secara statistik dan memudahkan dalam persoalan, maka setiap jawaban atas pertanyaan di kuisioner yang diajukan pada responden diberi skor. Pemberian skor ini bertujuan agar responden tidak mengalami kesulitan dalam memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Skala yang digunakan adalah skala Likert (Likert skala) 5 point. Masing-masing pertanyaan yang diajukan disiapkan 5 alternatif jawaban yang masing-masing diberi skor sebagai berikut :
1. Alternatif jawaban sangat setuju diberi skor 5
2. Alternatif jawaban setuju diberi skor 4
3. Alternatif jawaban netral diberi skor 3
4. Alternatif jawaban tidak setuju diberi skor 2
5. Alternatif jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
3.5 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode analisis kualitatif
Merupakan metode analisis yang memberikan penjelasan-penjelasan dan melukiskan secara sistematik mengenai masalah-masalah yang diteliti dengan mengumpulkan informasi-informasi yang aktual guna menggambarkan atau melukiskan fenomena yang terjadi.
2. Metode analisis Kuantitatif
Merupakan metode analisis yang menggunakan angka-angka atau perhitungan statistik.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel minat baca (X), terhadap variabel prestasi belajar (Y) digunakan dengan rumus :
Y = a + b X + e
Dimana :
Y = Prestasi belajar
a = Konstanta
b = Koefisien variabel X
X = Variabel pengaruh minat baca
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Karakteristik Responden
Untuk mendeskripsikan keadaan umum responden yang mencerminkan kondisi siswa SMAN 10 Kota Bengkulu dapat dilihat beberapa karakteristik responden yang diperoleh dari kuisioner yang disebarkan.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
1 Laki-laki 10
2 Perempuan 10
Jumlah 20
Berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui jumlah responden antara laki-laki dan perempuan sama yaitu masing-masing 10 orang.
4.3 Hasil Penelitian
Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian dilakukan analisis terhadap jawaban yang diberikan responden berkaitan dengan pernyataan yang ada. Pernyataan terdiri dari 6 butir. Adapun penentuan kelas rata-rata keseluruhan adalah sebagai berikut :
• Nilai tertinggi adalah 5,0 dan nilai terendah adalah 1,0 dengan range adalah 4
• Interval kelas adalah (4 : 5) = 0,8
Dengan demikian, sebaran kelasnya menjadi :
• 1,0 – 1,8 = Sangat Jelek
• 1,9 – 2,7 = Jelek
• 2,8 -3,6 = Cukup
• 3,7 – 4,5 = Baik
• >4,6 = Sangat Baik
Dalam hasil penelitian ini menggambarkan sebaran untuk variabel yang diteliti yaitu minat baca (X), Berdasarkan variabel dalam masalah penelitian maka deskripsi data dapat dikelompokkan sebagai berikut :
4.3.1 Pernyataan Mengenai Variabel Minat Baca (X)
Hasil penelitian yang mengambarkan sebaran atau distribusi jawaban responden mengenai variabel minat baca (X) dapat dilihat dalam Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden mengenai Variabel Minat Baca (X)
Pernyataan Nilai Jumlah Rata-
rata
1 2 3 4 5
1. Saya terdorong untuk membaca dengan baik 0 0 1
(2,9%) 22
(62,9%) 12
(34,3%) 151 4,31
2. Saya selalu semangat dalam membaca 0 1
(2,9%) 1
(2,9%) 18
(51,4%) 15
(42,9%) 152 4,34
3. kalau saya membaca apakah prestasi saya akan meningkat 0 1
(2,9%) 1
(2,9%) 24
(68,6%) 9
(25,7%) 146 4,17
4. saya bisa berprestasi apabila saya membaca 0 0 0 19
(54,3%) 16
(45,7%) 156 4,45
5. Dengan membaca saya akan mengetahui banyak hal 0 0 1
(2,9%) 19
(54,3%) 15
(42,9%) 154 4,4
6. setiap orang berprestasi suka membaca 0 0 1
(2,9%) 17
(48,6%) 17
(48,6%) 156 4,45
Jumlah total rata-rata keseluruhan adalah 4,35
Sumber : Hasil Penelitian, 2009
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari keseluruhan item variabel minat baca (X) adalah 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa minat baca siswa sudah baik, tetapi ada beberapa siswa yang tidak setuju dari beberapa item pernyataan dari variabel minat baca. Dapat dilihat dari pernyataan nomor 1 dan 2 Disini beberapa siswa merasa kurang terdorong dan bersemangat untuk membaca dengan baik, ini dimungkinkan dorongan dan semangat yang dibutuhkan untuk memotivasi mereka dalam membaca masih kurang Namun minat baca para siswa sudah cukup baik apabila dilihat dari pernyataan nomor 4 dan 6.
4.4.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel minat baca (X), Terhadap variabel prestasi belajar siswa (Y) dilakukan dengan metode analisis regresi linier berganda.
Y = a + bX + e
Y = 5,627 + 0,372X
Angka dari koefisien regresi a, b,dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. a = 5,627 artinya bila tidak ada variabel minat baca (X), maka nilai prestasi belajar siswa (Y) adalah sebesar 5,627
b. Pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian menggunakan persamaan regresi diperoleh bahwa b =0,372. Artinya bahwa minat baca mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu. Apabila Minat baca ditingkatkan maka prestasi prestasi belajar siswa akan meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada BAB IV maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah adanya pengaruh antara minat baca, terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu. Hal ini terbukti dari analisis kuantitatif sebagai berikut:
Dari persamaan regresi linear berganda tersebut diperoleh koefisien regresi
Untuk variabel, yakni minat baca sebesar 0,372 dengan level of significant 0,006. Berarti variabel X mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa (Y) SMAN 10 Kota Bengkulu.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, bahwa variabel minat baca (X), mempengaruhi prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu maka :
Untuk variabel minat baca merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Oleh sebab itu disarankan agar guru dapat memotivasi siswa dengan cara memberikan kebutuhan penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA
Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survey. Yogyakarta: LP3ES.
Umar, H. 1997. Panduan Menulis Karya ilmiah. Jakarta: Gramedia
Zadjuli. 2001. Jurnal Pengaruh Minat Baca terhadap Motivasi dalam prestasi.
http;/www.Muray-dlm beck.com
http;/www.baca.com
KUISIONER PENELITIAN
Judul : “ Pengaruh Minat Baca terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu”.
Petunjuk :
1. Mohon bantuan dan kesediaan saudara untuk mengisi dan menjawab seluruh pernyatan dibawah ini
2. Pilih salah satu jawaban yang dianggap sesuai dengan cara memberi tanda (√ )
Kami menjamin setiap pernyataan dan tanggapan saudara adalah untuk keperluan penelitian dan bukan untuk dipublikasikan.
Diisi Oleh Siswa
Minat Baca (X)
No Pernyataan SS S N TS STS
1 Saya terdorong untuk membaca dengan baik
2 Saya selalu semangat dalam membaca
3 kalau saya membaca apakah prestasi saya akan meningkat
4 saya bisa berprestasi apabila saya membaca
5 Dengan membaca saya akan mengetahui banyak hal
6 setiap orang berprestasi suka membaca
Tips-tips untuk meningkatkan minat baca antara lain;
• Mulailah membaca buku sekarang. Tidak ada istilah "Sudah Terlambat" untuk membaca buku.
• Rasakan bahwa membaca buku merupakan acara harian yang melegakan.
• Pilihlah tempat yang nyaman maka anda akan menganggap itu sebagai tempat untuk membaca.
• Bawakan buku kemana pun anda pergi - di mobil, ditempat praktik dokter, ditempat rekreasi. Membaca dapat menjadi hiburan bagi anda kalau sedang stress, dan untuk mengisi waktu selama di perjalanan atau pada saat menunggu.
• Sediakan tempat khusus untuk buku - buku anda, di tempat yang mudah dijangkau.
• Tunjukkan bahwa anda menghargai membaca tidak sekedar lewat kata-kata.
KOTA BENGKULU
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
1. TRI PUTRA KURNIAWAN
XI IPA I
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGRI 10 KOTA BENGKULU 2009/2010
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q. s. Alam nasyrah, 94 : 6)
Betapa nikmatnya kesuksesan setelah melewati kesulitan. Kesuksesan akan membawa kebahagiaan. Kebahagian ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Karena itu, berusahalah….!!!
Hidup itu indah penuh warna-warni. Suka dan duka silih berganti, berputar bagaikan roda berjalan. Karena itu, pandanglah kehidupan dengan pandangan cinta, optimis dan senyuman sebab kehidupan adalah hadiah terindah dari Tuhan
Menangislah bila harus menangis, karena Kita semua Manusia…… Manusia bisa terluka, manusia pasti menangis dan manusia pun bisa mengambil hikmah.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis ucapkan pada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “ Pengaruh Minat Baca terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA I SMAN 10 Kota Bengkulu”. Adapun maksud disusunnya karya tulis ilmiah ini adalah guna memenuhi syarat sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester genap kelas XI IPA I.
Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, karya tulis ilmiah ini tidak akan dapat diselesaikan, sehingga dengan kerendahan hati Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Desi Apriyani, S. Pd Selaku Guru Bahasa Indonesia yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan.
2. Keluarga kami yang senantiasa menyayangi kami dan membantu kami baik secara moral dan materi sehingga terselesainya karya tulis ilmiah ini.
3. Kepada nara sumber.
4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan yang mungkin memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
Bengkulu, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN MOTTO ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Batasan Masalah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian minat baca 4
2.1.1 Pengertian Minat 4
2.1.2 Pengertian membaca 5
2.1.3 Definisi minat baca 6
2.1.4 Upaya meningkatkan minat baca…………………………… 6
2.1.5 Teknik-teknik membaca …………………………………… 8 2.1.6 Tujuan meningkatkan minat baca 15
2.1.7 Manfaat meningkatkan minat baca 16
2.2 Pengertian prestasi 16
2.2.1 Pengertian belajar 17
2.2.2 Pengertian prestasi belajar 20
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 29
3.2 Metode Penetapan Responden 29
3.3 Sumber Data 29
3.4 Metode Pengumpulan Data 30
3.5.1 Skala yang digunakan 30
3.7 Metode Analisis 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Karakteristik Responden 34
4.3 Hasil Penelitian 37
4.3.1 Pernyataan Mengenai Variabel Sikap Minat baca 38
4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda 44
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 51
5.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membaca sudah menjadi kebutuhan pokok saat ini, karena dengan membaca kita akan mengetahui segala informasi yang kita butuhkan. Upaya meningkatkan minat baca pada anak-anak yang utama dan terutama justru menjadi tanggung jawab orang tua. Alasan utamanya, orang tua adalah yang berhak menanamkan dan mengembangkan berbagai macam cita-cita kepada anak-anaknya. Untuk mencapai cita-cita itu, orang tua berkewajiban untuk menciptakan suasana yang mendukung. Disamping itu guru mempunyai peran sangat penting pula.
Membaca dan mencintai buku perlu ditumbuhkan sejak dini bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Setelah lahir anak sudah dapat ditumbuhkan kecintaannya kepada buku. Sejak umur 3 bulan setelah anak sudah dapat melihat, anak dapat dirangsang untuk mencintai buku dan membaca melalui dibacakan cerita, memberi mainan buku, melihat alam sekitar serta gambar-gambar yang menarik dll. Setelah umur 6 bulan, saat anak sudah mulai duduk, anak dapat dirangsang untuk memegang buku, tentunya buku yang sesuai dengan tahapan umurnya.
Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan anak, maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Secanggih atau sebaik apapun suatu metode membaca tidak akan berhasil jika gurunya tidak mampu melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan tersebut Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Minat Baca terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA I SMAN 10 Kota Bengkulu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi para siswa agar dapat menjadi masukan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dan bahan pertimbangan.
3. Bagi penulis sendiri akan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan penelitian ini hanya difokuskan pada :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu yang berjumlah 20 orang.
2. Variabel yang diteliti adalah pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMAN 10 kota Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN MINAT BACA
2.1.1 Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 1994: 310).
Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. (2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke dua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif. (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah (Stiggins, 1994: 312).
Aiken (1994: 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya (Anastasi dan Urbina, 1982: 386). Selanjutnya, minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan kecenderungan lain yang mengarahkan seeorang kepada suatu pilihan tertentu (Mapiarre dalam Prianto, 2001: 40).
Sama dengan perangkat mental lainnya, minat dapat dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan (Semiawan, 1986: 120). Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement).
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku.
Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan di atas minat sebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal ini mengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapi juga aspek kognitif (Hurlock, 1992: 116). Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.
Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakan untuk mengukur aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dan kertas yang menjaring melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai, (3) pengukuran performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid (Stiggins, 1994: 314).
Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai baginya.
2.1.2 Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis (Smith, 1988: 14). Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahuja, 1999: 13).
Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol. Oleh karena itu, mata memainkan peranan penting (Wassman & Rinsky, 1993: 5).
Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi symbol simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut (Ahuja, 1999: 12).
Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan.
2.1.3 Definisi Minat Baca
Berdasarkan uraian di atas, minat baca anak didefinisikan sebagai tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca yang dipilihnya karena kegiatan tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya.
2.1.4 Upaya Meningkatkan Minat Baca pada Anak
Minat baca perlu ditanamkan sejak dini, menurut Penelitian para ahli pendidikan, pembentukan potensi belajar tiap orang terjadi dengan perkembangan sebagai berikut:
50% pada usia 0 - 4 Tahun
30% pada usia 4 - 8 Tahun
20% pada usia 8 - 18 Tahun
Usia balita adalah masa pembentukan. Tanamkan kebiasaan membaca selagi otak anak mengalami masa perkembangan paling pesat.
Berdasaka uraia diatas, maka upaya meningkatkan minat baca anak sejak dini haruslah menempuh lankah-langkah yang harus diperhatikan sebagai berikut:
Cara Menanamkan Minat Baca
Menurut penelitian para ahli pendidikan, satu satunya cara yang terbukti paling efektif untuk menanamkan kegemaran membaca adalah dengan membacakan buku kepada anak.
Untuk mempersiapkan anak berusia 3 atau 4 tahun (usia prasekolah) menjadi seorang pembaca yang andal adalah dengan membacakan cerita setiap saat. Hal ini akan menghindarinya mendapat kesulitan belajar di sekolah. Jika berniat mengajarkan membaca, ajarkan abjad terlebih dahulu. Setelah pelajaran abjad berlangsung lancar, bisa melanjutkan ke bunyi, terutama bunyi awal dari abjad-abjad yang sering digunakan. Pelajaran yang demikian bisa dilakukan dengan permainan. Pengenalan abjad dapat dimulai ketika anak berusia tiga tahun dan pengenalan bunyi dimulai usia sekitar tiga setengah tahun. Namun, hal ini banyak tergantung pada si anak. Ada anak yang lebih cepat, dan ada yang lebih lambat. Akan tetapi, jika Anda membuatnya menjadi ringan dan menyenangkan, tentu tidak akan menyulitkannya.
Tips-tips untuk meningkatkan minat baca antara lain;
• Mulailah membacakan buku kepada anak sejak bayi. Tidak ada istilah "Terlalu dini" untuk membacakan buku atau memberikan buku kepada anak supaya dilihat lihat sendiri.
• Bacakan buku menjelang tidur siang atau malam. Anak akan merasakan bahwa membaca buku merupakan acara harian yang melegakan. Dengan dibacakan tiap kali selama lima menit, anak akan merasa nyaman sepanjang hari.
• Pilihlah tempat yang nyaman - Sofa atau tempat tidur - maka anak akan menganggap itu sebagai tempat untuk membaca.
• Pilihlah buku mengenai hal hal yang menarik bagi anak, misalnya tentang binatang atau kendaraan.
• Bawakan buku kemana pun anak pergi - di mobil, ditempat praktik dokter, ditempat rekreasi. Membaca dapat menjadi hiburan bagi anak kalau ia sedang stress, dan untuk mengisi waktu selama di perjalanan atau pada saat menunggu.
• Sediakan tempat khusus untuk buku - buku anak, di tempat yang mudah dijangkau oleh anak.
• Berilah contoh yang baik. Tunjukkan kepada anak bahwa Anda juga membaca buku sebagai hiburan. apa yang dipelajarinya ia akan melewati bagian yang sulit atau mengembalikannya
• Tunjukkan bahwa anda menghargai membaca tidak sekedar lewat kata-kata.
• Biarkan anak memilih sendiri apa yang ingin dibaca. Jika anak tidak mengerti buku yang di pinjamnyaia akan melewati bagian yang sulit-sulit atau mengembalikannya.
Minat baca dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, sehingga menjadi
kebiasaan melalui penguasaan teknik membaca yang tepat. Teknik membaca yang tepat dapat membuat membaca lebih efisien, efektif, serta menarik.
2.1.5 Teknik- Teknik Membaca
Berikut ini akan dibahas enam teknik membaca lanjutan yang perlu diketahui, yang berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membaca.
a) Membaca Teknik (Membaca Bersuara)
Membaca teknis bertujuan untuk menambah kelancaran anak menguba lambang-lambang tertulis menjadi suara atau ucapan yang mengandung makna.Membaca teknis menekankan pada segi “menyuarakan yang dibaca “. Pada tahap ini guru harus hati-hati dan mengawasi bagaimana menyuarakan lambang tertulis itu.
Contoh membaca teknis ialah orang membacakan berita di televisi atau radio, membacakan puisi atau membacakan dongeng. Semua itu membutuhkan teknik membaca.
Dalam membaca teknis yang perlu diperhatikan adalah pelafalan vocal maupun konsonan, nada/lagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan kata/frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi.
b) Membaca Dalam Hati.
Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini perlu lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Membaca dalam hati berbeda dengan membaca teknis.
Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat gerakan mata lebih cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca dalam hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan membaca dalam hati dalam kegiatan membaca / wacana apapun. Jangan biarkan anak membaca menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat – kamit, karena kegiatan ini akan menghambat kecepatan siswa dalam membaca.
Membaca dalam hati dapat diperkenalkan sejak anak berada di kelas II sekolah dasar, tapi secara intensif diberikan pada anak kelas III dengan tujuan membaca dalam hati ialah melatih kemampuan anak dalam memahami isi wacana /bacaan. Membaca dalam hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu pengetahuan / informasi. Setelah anak membaca diberi tugas untuk menjawab pertanyaan, bacaan ditutup. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran. Guru hendaknya tidak hanya memberi pertanyaan ingatan, atau sebaliknya hanya memberi pertanyaan pikiran saja. Pertanyaan ingatan menanyakan tentang isi bacaan, sedangkan pertanyaan pikiran untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami / menanggapi seluruh isi bacaan. Pada saat awal anak dikenalkan dengan membaca dalam hati, pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan ingatan. Makin meningkat kelasnya, pertanyaan pikiran harus mendapat perhatian pembimbing, sebab dengan cara ini akan lebih mendorong anak untuk giat membaca.
Merupakan cacat membaca dalam hati bila :
• Membaca dengan brisik / bergumam
• Bibir bergerak-gerak (komat-kamit)
• Kepala bergerak ke kiri dan kanan mengikuti baris-baris bacaan, atau
• Menunjuk dengan jari, pensil, dan lain-lain.
c). Membaca Cepat
Membaca intensif, membaca sekilas, dan membaca ekstensif. Semuanya itu dapat masuk ke dalam jenis membaca cepat. Tujuan yang hendak dicapai melalui membaca cepat ialah melatih kecepatan gerakan mata anak pada saat membaca. Membaca cepat perlu diajarkan kepada anak, karena pada saatnya kelak anak harus dapat membaca suatu pengumuman, pemberitahuan, berita, dan tulisan-tulisan lain dalam waktu yang cepat. Dalam kehidupan sehari-hari membaca cepat sangat dibutuhkan karena pada abad informasi ini kita dihadapkan pada berbagai sumber informasi yang sangat banyak jumlahnya dan tentunya kita tidak ingin tertinggal informasi. Pada tahap permulaan mengenalkan membaca cepat kepada siswa kelas III dan IV sekolah dasar, bahan bacaan hendaknya yang pernah dibaca anak supaya tidak terhambat oleh istilah yang belum dikenal. Pada kelas ini anak sudah mampu membaca dengan baik dan lancar. Sedangkan pada kelas V dan VI dapat dilakukan 3 (tiga) kali dalam sebulan karena mustahil seseorang dapat membaca cepat tanpa latihan yang intensif dan berkesinambungan. Kalau seorang anak dapat membaca cepat namun tidak memahami isi bacaan tersebut, maka tujuan membaca cepat tidak tercapai.
Catatan :
Untuk mengetahui kecepatan rata-rata membaca anak hitunglah dengan rumus: Untuk menghitung kecepatan efektif :
Jumlah kata yang dibaca x 60 = kata / menit
Waktu tempuh baca Untuk menghitung kecepatan efektif :
Jumlah kata yang di baca x % pemahaman isi bacaan = kata/menit
Waktu tempuh baca
Contoh :
Siswa yang berhasil membaca ± 600 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya kecepatan efektif anak tersebut = 300 kata x 60% = 180 kata per menit.
d) Membaca Bahasa.
Tujuan yang hendak dicapai dengan membaca bahasa ialah untuk menambah keterampilan siswa dalam menggunakan makna bahasa, makna kalimat/kata yang digunakan dalam konteks kalimat tertentu, penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbeda-beda, ketepatan penggunaan imbuhan, tanda baca, dan susunan kata/kalimat. Membaca bahasa sudah dapat diajarkan kepada anak kelas III sekolah dasar, sebab pada tahap ini anak sudah mulai lancar membaca. Mula-mula bahan yang dibaca adalah bacaan yang pernah diajarkan kepada anak, kelas IV, V, dan VI guru perlu mencari bacaan lain yang belum pernah diajarkan. Dalam kegiatan membaca bahasa, guru perlu menanyakan :
arti kata yang digunakan dalam pelajaran dan penggunaan kata tersebut dalam kalimat lain;
• Tepat atau tidaknya pemakaian kata dalam situasi yang digambarkan dalam suatu pelajaran;
• Penggunaan awalan, akhiran, dan sisipan;
• Penggunaan tanda baca seperti koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, dan sebagainya.
• Penyusunan kata/kalimat baru yang lain.
e) Membaca Indah (Estetis)
Pokok masalah dalam membaca indah ialah cara membaca yang menggambarkan penghayatan keindahan dan keharuan yang terdapat pada bacaan.
Dengan membaca indah anak digugah rasa estetiknya, untuk terus diasah. Membaca indah dikaitkan dengan apresiasi sastra. Di Sekolah Dasar biasanya membaca indah bersuara, misalnya membaca puisi.
Langakah-langkah pelaksanaanya;
• Memberikan contoh membaca yang baik, siswa ditugaskan menandai bacaan/ wacana yang perlu dibaca dengan suara lemah, kuat, atau cepatdan lambat.
• Anak diberi kesempatan untuk membaca bacaan tersebut denganekspresi yang tepat.
f) Membaca Bebas (Perpustakaan)
Tujuan membaca bebas ini ialah untuk menumbuhkan kegemaran membaca dan menambah pengetahuan. Di samping itu membaca juga merupakan rekreasi. Latihan membaca bebas pada hakekatnya bertujuan untuk menanamkan kebiasaan membaca. Dengan membaca bebas ini anak dimotivasi untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca.
Guru/pustakawan dapat mengontrol membaca bebas ini dengan menugaskan siswa menuliskan laporan dari buku yang telah dibaca, misalnya dengan menuliskan ringkasan isi atau pesan dari buku tersebut, kesimpulan dari bacaan tersebut, dsb.
Langkah-langkah pelaksanaan membaca bebas (Perpustakaan) ialah
sebagai berikut :
• Apabila di dalam kelas para siswa telah menyelesaikan tugas mata
• pelajaran tertentu, sedangkan waktu masih ada, hendaknya siswa
• dianjurkan untuk memanfaatkan perpustakaan kelas/sekolah.
• Siswa disuruh memilih buku yang disukai agar mereka gemar membaca.
• Guru hendaknya ikut membaca bacaan yang dibaca siswa meskipun
hanya garis besarnya saja. Hal ini perlu karena guru dapat mengetahui Isi bacaan tersebut. Jika ada buku yang tidak pantas dibaca para siswa maka buku tersebut dikeluarkan dari perpustakaan kelas/sekolah.
• Guru hendaknya selalu menanyakan isi buku yang dibaca siswa.
Misalnya tentang tokoh cerita, alur cerita, atau hal-hal yang menarik bagi siswa. Dengan demikian guru dapat mengendalikan apa yang dibaca siswa dan pemanfaatan waktu luang tetap terjamin.
• Siswa disuruh menceritakan kembali isi buku yang dibaca, baik di depan kelas untuk menumbuhkan keberanian berbicara, atau membuat rangkuman secara teratur untuk memupuk kemampuan menulis.
2.1.5 Teknik- Teknik Membaca
Berikut ini akan dibahas enam teknik membaca lanjutan yang perlu diketahui, yang berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membaca.
mengajar.Lingkup kegiatan ini amat luas karena itu pada kesempatan ini perhatian dipusatkan pada penilaian terhadap kemajuan anak dalam PBM, terutama penilaian pelajaran membaca. Sebagai pelaksana kegiatan pelajaran membaca di kelas III sampai kelas VI Sekolah Dasar penilaian tentu sangat berkaitan dengan tiap-tiap jeni teknik membaca.
a).Membaca teknis (Membaca Bersuara)
Dalam membaca teknis yang dinilai ialah :
• Ketepatan ucapan atau lafal.
• Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat.
• Kewajaran nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
• Kelancaran siswa dalam membaca.
b) Membaca dalam hati (Membaca sekilas, memindai, intensif,
ekstensif)
Hal-hal yang dinilai ialah :
• Kemampuan siswa menangkap isi wacana, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
• Kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendiri/ kata-kata sendiri.
• Kemampuan menemuan pikiran pokok setiap paragraf.
• Kemampuan menemukan ide atau pengertian pokok wacana.
• Kemampuan menjawab pertanyaan dengan lengkap.
• Kemampuan mengatasi kebiasaan tidak efisien atau cacat dalam
o membaca.
c) Membaca bahasa
Hal-hal yang dinilai berkaitan dengan unsur-unsur kebebasan yang diperlukan dalam membaca.
• Ketepatan pemakaian kata (kosakata), struktur kalimat, dan penyusunan paragraf.
• Pemakaian ejaan yang benar.
• Pemakaian tanda baca yang tepat
d) Membaca indah (Apresiasi Sastra)
Hal-hal yang dinilai meliputi :
• Pemahaman terhadap wacana.
• Ketepatan ucapan atau lafal, nada, irama, lagu kalimat.
• Kuat dan lemah, keras atau lambat suara (termasuk volume).
• Penghayatan dan penjiwaan terhadap wacana yang dibaca.
• Penampilan atau ekspresi pada waktu membaca.
e) Membaca bebas (Membaca Perpustakaan)
Penilaian terhadap membaca bebas hendaknya bersifat mendorong pribadi siswa/kelas dalam menumbuhkan kegemaran membaca. Guru memberika tugas-tugas yang dapat memberikan gambaran keaktifan, ketelitian, dan kerajinan siswa. Yang dinilai antara lain hasil laporan bacaan, rangkuman isi wacana,hasil diskusi kelompok mengenai buku atau wacana yang dibaca, dan sebagainya.
Dalam setiap jenis membaca, guru hendaknya telah mempunyai skala penilaian berdasarkan materi yang akan dinilai. Hal ini untuk memperkecil perasaan guru ikut dalam menilai, misalnya rasa suka / tidak suka sehingga menimbulkan kesan pilih kasih. Sebagai contoh saja, skala penilaian dalam menilai membaca teknis :
• Ketepatan ucapan atau lafal. = 3
• Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat = 3
• Kewajaran nada irama, lagu, dan intonasi kalimat
sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari = 4
Jumlah = 10
Jadi, kalau siswa A dapat membaca teknis dengan baik dan mulus sesuai kriteria penilaian maka ia akan mendapat maksimal 10, dst.Perlu diperhatikan bahwa guru harus melihat tujuan dari tiap jenis membaca lalu membuat skala penilaiannya.
2.1.6 Tujuan dari Meningkatkan Minat Baca
Tujuan dari meningkatkan minat baca antara lain adalah;
• mendorong minat dan kebiasaan membaca agar tercipta masyarakat yang berbudaya membaca;
• meningkatkan layanan perpustakaan;
• menciptakan masyarakat informasi yang siap berperan serta dalam
• semua aspek pembangunan;
• memiliki pengetahuan yang terkini, bukan yang sudah “basi”
• meningkatkan kemampuan berpikir; dan
• mengisi waktu luang.
2.1.7 Manfaat Meningkatkan Minat Baca
• Dengan membaca anak membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan / informasi, memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan, mengalami pencerahan, dan menjadi kreatif.
• meningkatkan kualitas kehidupan pribadi.
• Membaca buku adalah sarana utama untuk mengakses sumber informasi dan pengetahuan.
• menyebabkan anak mandiri dalam mencari pengetahuan : tidak tergantung pada sekolah, les, training, seminar, dsb.
• Memperluas wawasan dan pandangan anak.
• Sbagai hiburan.
• Dalam abad elektronik, membaca semakin penting sebab informasi tertulis membanjir lewat buku maupun media elektronik.
• Dengan membaca ibarat dapat membuka "jendela dunia".
2.2 Pengertian Prestasi
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”
“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
2.2.1 Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
2.2.2 Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menguraikan sifat dan karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Berdasarkan pendapat Umar (2002), bahwa “Rancangan riset yang baik merupakan perpaduan dari analisa deskriptif dan analisa kuantitatif yang saling melengkapi”. Metode yang digunakan adalah metode survey, dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk pengumpulan data pokok.
3.2 Metode Penetapan Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa Laki-laki dan 10 orang siswa Perempuan. Yang diperoleh dengan cara random.
3.3 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkannya (Dajan, 1995). Sedangkan menurut Umar (1997:43) bahwa data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik dari individu/perorangan seperti hasil pengisian kuisioner. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner yang disebarkan pada siswa kelas XI IPA I SMAN 10 kota Bengkulu.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner. Teknik kuisioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan/menyebarkan daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon terhadap daftar pertanyaan tersebut (Umar, 1997).
3.4.1 Skala yang digunakan
Untuk mengambil data secara statistik dan memudahkan dalam persoalan, maka setiap jawaban atas pertanyaan di kuisioner yang diajukan pada responden diberi skor. Pemberian skor ini bertujuan agar responden tidak mengalami kesulitan dalam memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Skala yang digunakan adalah skala Likert (Likert skala) 5 point. Masing-masing pertanyaan yang diajukan disiapkan 5 alternatif jawaban yang masing-masing diberi skor sebagai berikut :
1. Alternatif jawaban sangat setuju diberi skor 5
2. Alternatif jawaban setuju diberi skor 4
3. Alternatif jawaban netral diberi skor 3
4. Alternatif jawaban tidak setuju diberi skor 2
5. Alternatif jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
3.5 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode analisis kualitatif
Merupakan metode analisis yang memberikan penjelasan-penjelasan dan melukiskan secara sistematik mengenai masalah-masalah yang diteliti dengan mengumpulkan informasi-informasi yang aktual guna menggambarkan atau melukiskan fenomena yang terjadi.
2. Metode analisis Kuantitatif
Merupakan metode analisis yang menggunakan angka-angka atau perhitungan statistik.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel minat baca (X), terhadap variabel prestasi belajar (Y) digunakan dengan rumus :
Y = a + b X + e
Dimana :
Y = Prestasi belajar
a = Konstanta
b = Koefisien variabel X
X = Variabel pengaruh minat baca
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Karakteristik Responden
Untuk mendeskripsikan keadaan umum responden yang mencerminkan kondisi siswa SMAN 10 Kota Bengkulu dapat dilihat beberapa karakteristik responden yang diperoleh dari kuisioner yang disebarkan.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
1 Laki-laki 10
2 Perempuan 10
Jumlah 20
Berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui jumlah responden antara laki-laki dan perempuan sama yaitu masing-masing 10 orang.
4.3 Hasil Penelitian
Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian dilakukan analisis terhadap jawaban yang diberikan responden berkaitan dengan pernyataan yang ada. Pernyataan terdiri dari 6 butir. Adapun penentuan kelas rata-rata keseluruhan adalah sebagai berikut :
• Nilai tertinggi adalah 5,0 dan nilai terendah adalah 1,0 dengan range adalah 4
• Interval kelas adalah (4 : 5) = 0,8
Dengan demikian, sebaran kelasnya menjadi :
• 1,0 – 1,8 = Sangat Jelek
• 1,9 – 2,7 = Jelek
• 2,8 -3,6 = Cukup
• 3,7 – 4,5 = Baik
• >4,6 = Sangat Baik
Dalam hasil penelitian ini menggambarkan sebaran untuk variabel yang diteliti yaitu minat baca (X), Berdasarkan variabel dalam masalah penelitian maka deskripsi data dapat dikelompokkan sebagai berikut :
4.3.1 Pernyataan Mengenai Variabel Minat Baca (X)
Hasil penelitian yang mengambarkan sebaran atau distribusi jawaban responden mengenai variabel minat baca (X) dapat dilihat dalam Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden mengenai Variabel Minat Baca (X)
Pernyataan Nilai Jumlah Rata-
rata
1 2 3 4 5
1. Saya terdorong untuk membaca dengan baik 0 0 1
(2,9%) 22
(62,9%) 12
(34,3%) 151 4,31
2. Saya selalu semangat dalam membaca 0 1
(2,9%) 1
(2,9%) 18
(51,4%) 15
(42,9%) 152 4,34
3. kalau saya membaca apakah prestasi saya akan meningkat 0 1
(2,9%) 1
(2,9%) 24
(68,6%) 9
(25,7%) 146 4,17
4. saya bisa berprestasi apabila saya membaca 0 0 0 19
(54,3%) 16
(45,7%) 156 4,45
5. Dengan membaca saya akan mengetahui banyak hal 0 0 1
(2,9%) 19
(54,3%) 15
(42,9%) 154 4,4
6. setiap orang berprestasi suka membaca 0 0 1
(2,9%) 17
(48,6%) 17
(48,6%) 156 4,45
Jumlah total rata-rata keseluruhan adalah 4,35
Sumber : Hasil Penelitian, 2009
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari keseluruhan item variabel minat baca (X) adalah 4,35. Hal ini menunjukkan bahwa minat baca siswa sudah baik, tetapi ada beberapa siswa yang tidak setuju dari beberapa item pernyataan dari variabel minat baca. Dapat dilihat dari pernyataan nomor 1 dan 2 Disini beberapa siswa merasa kurang terdorong dan bersemangat untuk membaca dengan baik, ini dimungkinkan dorongan dan semangat yang dibutuhkan untuk memotivasi mereka dalam membaca masih kurang Namun minat baca para siswa sudah cukup baik apabila dilihat dari pernyataan nomor 4 dan 6.
4.4.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel minat baca (X), Terhadap variabel prestasi belajar siswa (Y) dilakukan dengan metode analisis regresi linier berganda.
Y = a + bX + e
Y = 5,627 + 0,372X
Angka dari koefisien regresi a, b,dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. a = 5,627 artinya bila tidak ada variabel minat baca (X), maka nilai prestasi belajar siswa (Y) adalah sebesar 5,627
b. Pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian menggunakan persamaan regresi diperoleh bahwa b =0,372. Artinya bahwa minat baca mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu. Apabila Minat baca ditingkatkan maka prestasi prestasi belajar siswa akan meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada BAB IV maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah adanya pengaruh antara minat baca, terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu. Hal ini terbukti dari analisis kuantitatif sebagai berikut:
Dari persamaan regresi linear berganda tersebut diperoleh koefisien regresi
Untuk variabel, yakni minat baca sebesar 0,372 dengan level of significant 0,006. Berarti variabel X mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa (Y) SMAN 10 Kota Bengkulu.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, bahwa variabel minat baca (X), mempengaruhi prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu maka :
Untuk variabel minat baca merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Oleh sebab itu disarankan agar guru dapat memotivasi siswa dengan cara memberikan kebutuhan penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA
Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survey. Yogyakarta: LP3ES.
Umar, H. 1997. Panduan Menulis Karya ilmiah. Jakarta: Gramedia
Zadjuli. 2001. Jurnal Pengaruh Minat Baca terhadap Motivasi dalam prestasi.
http;/www.Muray-dlm beck.com
http;/www.baca.com
KUISIONER PENELITIAN
Judul : “ Pengaruh Minat Baca terhadap prestasi belajar siswa di SMAN 10 Kota Bengkulu”.
Petunjuk :
1. Mohon bantuan dan kesediaan saudara untuk mengisi dan menjawab seluruh pernyatan dibawah ini
2. Pilih salah satu jawaban yang dianggap sesuai dengan cara memberi tanda (√ )
Kami menjamin setiap pernyataan dan tanggapan saudara adalah untuk keperluan penelitian dan bukan untuk dipublikasikan.
Diisi Oleh Siswa
Minat Baca (X)
No Pernyataan SS S N TS STS
1 Saya terdorong untuk membaca dengan baik
2 Saya selalu semangat dalam membaca
3 kalau saya membaca apakah prestasi saya akan meningkat
4 saya bisa berprestasi apabila saya membaca
5 Dengan membaca saya akan mengetahui banyak hal
6 setiap orang berprestasi suka membaca
Tips-tips untuk meningkatkan minat baca antara lain;
• Mulailah membaca buku sekarang. Tidak ada istilah "Sudah Terlambat" untuk membaca buku.
• Rasakan bahwa membaca buku merupakan acara harian yang melegakan.
• Pilihlah tempat yang nyaman maka anda akan menganggap itu sebagai tempat untuk membaca.
• Bawakan buku kemana pun anda pergi - di mobil, ditempat praktik dokter, ditempat rekreasi. Membaca dapat menjadi hiburan bagi anda kalau sedang stress, dan untuk mengisi waktu selama di perjalanan atau pada saat menunggu.
• Sediakan tempat khusus untuk buku - buku anda, di tempat yang mudah dijangkau.
• Tunjukkan bahwa anda menghargai membaca tidak sekedar lewat kata-kata.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home